24 Januari, 2009

Setiap Muslim adalah Khalifah

Rahasia Allah tentang reformasi konsep manusia dalam memandang dunia

"Dan datanglah dari ujung kota. Seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Yaasin: 20-21)


Revolusi peradaban. Itulah yang dialami bangsa Arab sesudah Islam lahir dan mengakar di sana. Bangsa Arab yang sebelumnya tidak pernah diperhitungkan, kecuali ditempatkan pada jajaran bangsa-bangsa terbelakang, dalam waktu relatif singkat berubah menjadi bangsa yang kuat dan berperadaban tinggi. Bangsa yang semula dicemooh dan dihina oleh bangsa-bangsa lain, kini berubah menjadi komunitas masyarakat yang penuh kesimbangan. Bangsa itu seolah menjelma jadi sebuah lingkaran yang tak berujung pangkal, karena di dalamnya terdapat manusia-manusia yang berketerampilan tinggi pada hampir semua segi-segi kehidupan.

Bangsa Arab yang tak pernah disebut-sebut itu telah berubah secara drastis. Bila sebelumnya sangat bergantung kepada dunia luar, kini menjadi bangsa yang kuat dan mandiri. Ia bukan lagi membutuhkan dunia, tapi dunia luar membutuhkannya. Tanpa diduga oleh siapapun juga, bangsa itu telah meletakkan pondasi kenegaraan yang kokoh dalam sebuah sistem yang beradab.

Bangsa Arab menjadi mercusuar peradaban. Jika sebelumnya berputar mengitari peradaban-peradaban besar dunia, kini yang terjadi justeru sebaliknya. Dunia mengitarinya, bagai semut mengitari gula. Kekuasaan negara itu mencapai luasan yang terus bertambah hingga mencapai wilayah-wilayah di dua benua raksasa Asia dan Afrika, bahkan menembus masuk ke jantung Eropa.

Ekspansi itu tak mungkin terjadi kecuali karena di dalamnya terdapat komponen bangsa yang kuat, utuh, dan berperadaban tinggi. Pejabat-pejabat negaranya mampu dan berjiwa Tauhid. Ummatnya matang, karena baru selesai ditempa oleh serangkaian perjuangan, perlawanan, dan pembebasan. Di kalangan komunitas ummat itu terdapat para pemimpin yang adil, pengelola keuangan negara yang terpercaya, hakim yang jujur, panglima yang tangguh lagi taat beribadah, birokrat yang tangguh berpegang pada hukum Allah dan segala ketentuan yang berlaku, juga terdapat prajurit yang penuh ketakwaan kepada Allah SWT.

Adalah Muhammad Saw, sosok pribadi yang bertangan dingin itu. Melalui ketekunannya, dunia Arab yang suram diubah menjadi terang benderang. Melalui serangkaian da'wah dan tarbiyah yang tak kunjung henti, utusan Allah itu mengarahkan dan membimbing ummatnya, meninggalkan tradisi jahiliyah sampai ke akar-akarnya. Bangsa yang dahulunya dibelenggu perilaku durhaka kepada kekuasaan Allah diantar untuk merdeka di bawah ridha Allah. Muhammad Saw berbeda dengan para reformis yang mendorong perubahan besar dari aspek-aspek tertentu saja dari kehidupan manusia (ekonomi, kekuasaan, atau ketenteraman batin). Pria lembut yang digelari al-Amin (yang dapat dipercaya) itu melakukan perubahan dengan cara-cara yang sangat radikal. Beliau tidak hanya mengatasi satu masalah dengan solusi yang parsial, melainkan membawa angin perubahan yang fundamental dan utuh. Inilah rahasia mengapa daya tahan peradaban yang dibangun Nabi demikian lama, bahkan abadi sepanjang waktu.

Jika umur reformasi di wilayah dan zaman lainnya berumur pendek dalam ukuran sejarah, maka reformasi yang dibangun Rasulullah tetap hidup hingga kini dan sampai nanti. Reformasi yang digerakkan Rasulullah melampaui batas-batas geografis dan batas-batas waktu.

Dalam perjuangannya Rasulullah tidak sendirian. Hebatnya, para sahabat yang menemaninya bukanlah manusia-manusia yang lebih baik dari para jahiliyah sebelum memeluk Islam. Islamlah yang kemudian mengubah potensi dan sumberdaya mereka menjadi sejuta kali lebih banyak manfaatnya dan lebih bermutu. Para sahabat dan siapapun yang bersyahadat adalah orang-orang yang memandang bumi dan dunia sebagai lahan kekhalifahan. Hidup bukan gudang penderitaan dan kesengsaraan. Hidup juga bukan tempat untuk menebus dosa warisan. Sebaliknya, dunia bukan pula tempat untuk melampiaskan kesenangan dengan kemewahan.

Islam membawa manusia memandang hidup di dunia secara sangat proporsional, balanced. Hidup di dunia adalah karunia Allah Swt yang menjadi sumber kebaikan dan motivasi semua kebajikan. Dunia adalah tempat sementara dengan waktu yang sangat pendek untuk membuktikan nilai tertinggi di sisi Allah dan untuk berjihad menegakkan kebenaran. "Sesungguhnya Aku akan menjadikan manusia di muka bumi sebagai khalifah." (al-Baqarah: 30)

"Dan sunggguh telah Kami muliakan anak cucu Adam dan Kami bawa mereka di daratan dan di lautan dan Kami karuniakan kepada mereka rezeki yang baik-baik serta Kami berikan kepada mereka kelebihan mengungguli makhluq-makhluq lain yang telah Kami ciptakan." (al-Israa: 70)

Karena masyarakat Muslim yang dididik Rasulullah itu memahami bahwa di pundaknya terpikul amanah kekhalifahan, maka mereka melaksanakan segala hukum dan ketentuan-Nya. Baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun sosialnya. Dengan cara itu konsep kekhalifahan dalam diri setiap Muslim dikuatkan dan diteguhkan dengan pertolongan-Nya.

"Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih di antara kalian untuk mengangkat mereka sebagai khalifah di muka bumi sebagaimana Dia telah mengangkat sebagai khalifah orang-orang sebelum mereka. Dan niscaya Dia teguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka. Dan Allah pasti akan memberikan keamanan bagi mereka sesudah ketakutan mereka. Mereka menyembah-Ku dan tidak menyekutukan sesuatu kepada-Ku." (an-Nuur: 55)

Dengan kekuasaan di tangan, maka manusia Muslim yang telah diangkat sebagai khalifah itu berhak menikmati segala kenikmatan di muka bumi tanpa melampaui batas. Mereka yang memakmurkan bumi, dan mereka pula yang berhak menikmatinya.

"Katakanlah (wahai Muhammad), siapakah yang mengharamkan perhiasan dan rezeki yang baik dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk para hamba-Nya? Katakanlah, itu semua bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia, (dan) semata-mata untuk kepentingan hari akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui" (al-A'raaf: 32)

Motivasi terkuat dari kepemimpinan ummat Islam atas bangsa-bangsa lain adalah karena mereka telah ditunjuk oleh Allah sebagai ummat terbaik yang bertugas secara langsung mengontrol dan mengendalikan tingkah laku manusia, budi pekerti, dan aspirasi-aspirasi mereka. Menegakkan keadilan dan kemakmuran sekaligus untuk segenap manusia, dengan jalan melenyapkan kejahatan dan kedzaliman dan melindungi dan membela golongan yang lemah dan teraniaya.

"Kalian adalah ummat yang terbaik yang dititahkan kepada ummat manusia; kalian memerintahkan kebaikan dan mencegah kejahatan dan beriman kepada Allah." (Ali Imraan: 110)

Dalam ayat lain, Allah menegaskan: "Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang-orang yang menegakkan kadilan dan saksi-saksi karena Allah." (an-Nisaa: 135)

Generasi Muslim yang teguh dan tangguh dalam menegakkan keadilan dan kebenaran ini tidak hanya ada dalam satu kurun waktu tertentu saja, akan tetapi sambung-menyambung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sosok manusia yang selalu tampil membawa api kebenaran dan keadilan itu selalu menghiasi dunia, kapapun saja. Hal itu ditegaskan oleh Allah Swt: "Di antara orang-orang Mukmin itu ada orang-orang yang membenarkan apa yang mereka janjikan kepada Allah, ada pula yang gugur dan ada pula yang menanti, dan sedikitpun mereka tiada mengubah janjinya." (al-Ahzaab: 23)

Sejalan dengan ayat di atas, Rasululah Saw menegaskan jaminannya bahwa ada sekelompok ummat yang akan selalu tampil memperjuangkan keadilan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Beliau bersabda:

"Akan ada sekelompok ummatku yang menegakkan kebenaran, tak mempan cercaan orang hingga datang keputusan Allah (gugur) ketika mereka sedang menegakkan kebenaran itu." (HR Muslim)

Islam tidak hanya mempunyai perbendaharaan wacana ilmu, konsep, dan sistem kebudayaan dan peradaban yang adiluhung, tapi juga kaya manusia yang siap menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi. Kepahlawanan tokoh-tokoh Islam menghiasi halaman-halaman buku sejarah. Jika saja penulis-penulis sejarah dunia jujur, tentulah nama-nama besar dari sekelompok ummat Islam akan menghiasai setiap halaman karyanya.
Setelah sekian lama dunia Islam mengalami kevakuman kepemimpinan dan kevakuman ummat yang penuh dedikasi kepada dien-nya, maka saatnya kini kita semua berproses untuk melahirkan kembali kepemimpinan ideal itu di permukaan bumi. Hanya dengan itu morat-marit kehidupan sekarang ini akan bisa diatasi. Semoga kita termasuk yang dipilih Allah sebagai pewaris manhaj nubuwwah (jalan kenabian), yang karenanya kita terus berikhtiar untuk mendapatkannya.

Di Sadur dari tulisan Hamim Thohari

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More